Jumat, 27 November 2015

makalah Teknologi Pengeringan



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Pengantar Teknologi Pertanian tentang “Teknologi Pengeringan” dengan lancar dan tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari tidak sedikit hambatan yang dihadapi. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada Ir. Hj. Tri Rahayuni, MP selaku dosen pengajar yang telah memberikan tugas dan memberikan bimbingan kepada kami, serta seluruh pihak yang telah banyak membantu sehingga kendala-kendala yang ada dapat teratasi.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kita semua.


Pontianak, 12 Oktober 2015

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pengeringan merupakan salah satu unit operasi energi paling intensif dalam pengolahan pasca panen. Unit operasi ini diterapkan untuk mengurangi kadar air produk seperti berbagai buah-buahan, sayuran, dan produk pertanian lainnya setelah panen. Pengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap air secara simultan yang memerlukan panas untuk menguapkan air dari permukaan bahan tanpa mengubah sifat kimia dari bahan tersebut. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan uap air antara udara dan bahan yang dikeringkan. Laju pemindahan kandungan air dari bahan akan mengakibatkan berkurangnya kadar air dalam bahan tersebut.
Pengeringan adalah pemisahan sejumlah kecil air dari suatu bahan sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam zat padat itu sampai suatu nilai rendah yang dapat diterima, menggunakan panas. Pada proses pengeringan ini air diuapkan menggunakan udara tidak jenuh yang dihembuskan pada bahan yang akan dikeringkan. Air (atau cairan lain) menguap pada suhu yang lebih rendah dari titik didihnya karena adanya perbedaan kandungan uap air pada bidang antar-muka bahan padat-gas dengan kandungan uap air pada fasa gas. Gas panas disebut medium pengering, menyediakan panas yang diperlukan untuk penguapan air dan sekaligus membawa air keluar. Air juga dapat dipisahkan dari bahan padat, secara mekanik menggunakan cara pengepresan sehingga air keluar, dengan pemisah sentrifugal, dengan penguapan termal ataupun dengan metode lainnya. Pemisahan air secara mekanik biasanya lebih murah biayanya dan lebih hemat energi dibandingkan dengan pengeringan.
Proses pengeringan merupakan salah satu bagian penting dalam pengolahan produk pertanian atau makanan. Lewat proses ini, kualitas produk meningkat demikian pula nilai tambahnya. Pengeringan merupakan suatu proses menghilangkan air atau sebagian air dari suatu bahan pangan dengan menguapkan air tersebut dengan energi panas. Misalnya dijemur di bawah sinar matahari atau menggunakan alat pengering seperti kipas ataupun freezer.
Tujuan dari pengeringan adalah menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut lebih aman disimpan, mudah ditransportasikan dan memudahkan penanganan selanjutnya. Proses pengeringan pada beberapa produk selama ini dilakukan dengan cara tradisional, yaitu penjemuran langsung dibawah panas matahari.
Proses pengeringan pada bahan makanan atau pangan bertujuan untuk mengurangi pertumbuhan mikroba pada bahan makanan atau pangan tersebut atau yang lebih dikenal sebagai fermentasi. Salah satu contoh fermentasi yang dilakukan dengan teknik pengeringan adalah fermentasi pada biji kakao.

B.     Rumusan Masalah

Dalam makalah ini ada beberapa masalah yang akan dikaji, diantaranya adalah sebagai berikut :
1.      Apa definisi dari pengeringan bahan pangan dan proses pengeringan?
2.      Apa saja macam-macam pengeringan?
3.      Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses pengeringan?
4.      Bagaimana mekanisme dalam pengeringan?
5.      Apa pengaruh pengeringan terhadap sifat bahan pangan?

C.    Tujuan

Tujuan penyusunan makalah ini diantaranya adalah sebagai berikut :
1.      Memaparkan dan mengidentifikasi definisi proses pengeringan dan pengeringan bahan pangan.
2.      Menjelaskan macam-macam proses pengeringan.
3.      Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengeringan.
4.      Menjelaskan mekanisme pengeringan.
5.      Menjelaskan pengaruh pengeringan terhadap sifat bahan pangan.


BAB II

PEMBAHASAN

A.    Definisi Pengeringan

Pengeringan adalah suatu metode untuk mengurangi atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan menggunakan energi panas. Biasanya pengurangan kadar air tersebut dikurangi sampai suatu batas tertentu agar mikroba tidak dapat tumbuh lagi didalamnya.
Pengeringan adalah pengurangan sebagian kadar air dengan bantuan energi panas alami atau buatan. Yaitu sampai mikroorganisme tidak dapat tumbuh /berkembang. (Winarno 1980).
Pengeringan adalah proses perpindahan panas dan uap air secara simultan yang memerlukan energi panas untuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan dari permukaan bahan yang dikeringkan oleh media pengeringan yang biasanya berupa panas. (Thaib 1988).
Pegeringan adalah proses penurunan kadar air suatu bahan sampai dengan tingkat K.A (kadar air) tertentu. (Hartulistiyoso 2003).
Menurut Henderson (1976), pengeringan merupakan proses pengeluaran air dari suatu bahan pertanian menuju kadar air keseimbangan dengan udara sekeliling. Atau juga pada tingkat kadar air dimana mutu bahan pertanian dapat dicegah dari serangan jamur, enzim, dan aktifitas serangga.
Pengeringan juga didefinisikan sebagai suatu proses perpindahan massa air atau pelarut lainnya dari suatu zat padat atau semi padat dengan menggunakan penguapan. Proses ini seringkali merupakan tahap akhir proses prduksi sebelum dikemas atau dijual ke konsumen. Benda yang telah dikeringkan akan menjadi benda yang padat dalam wujud bubuk (misal susu bubuk) maupun potongan besar (misal kayu) meski bahan awal sebelum pengeringan adalah benda semi padat (misal keju "hijau"). Sumber panas dan cara penghantaran panas dibutuhkan dalam pengeringan.
Dalam pengeringan konveksi, aliran gas (misal udara) dipanaskan lalu dipaparkan ke bahan yang akan dikeringkan sehingga gas tersebut membawa uap air. Pengeringan vakum memanaskan bahan secara konduksi atau radiasi sementara uap air dihisap keluar. Metode tidak langsung lainnya adalah pengeringan drum. Metode lain dalam ekstraksi cairan seperti menggunakan sentrifugasi tidak disebut sebagai proses pengeringan.
Beberapa bahan yang memiliki kadar air awal yang relatif tinggi, pengurangan kadar air awal secara linear dapat dihitung berdasarkan fungsinya berdasarkan waktu pada interval waktu tertentu, yang disebut dengan "periode laju pengeringan konstan". Biasanya pada periode ini, kadar air permukaan di luar partikel sedang berpindah dari bahan. Laju pengeringan pada periode ini bergantung pada laju pindah panas dari bahan. Jika pengeringan dilanjutkan, kemiringan kurva akan berubah menjadi lebih landai (laju pengeringan berkurang) dan tidak menjadi linear, hingga akhirnya kurva menjadi datar. Kadar air produk lalu berada pada kondisi konstan yang disebut dengan kadar air kesetimbangan. Selama periode berkurangnya laju pengeringan, migrasi air dari bagian dalam ke permukaan bahan terjadi secara difusi molekular di mana bagian yang lebih basah (bagian dalam) memindahkan air ke bagian yang lebih kering (bagian permukaan). Bahan yang dikeringkan umumnya akan mengalami perubahan bentuk dan ukuran yang signifikan, kecuali pada proses pengeringan beku.

B.     Macam-Macam Pengeringan

Jenis-jenis dari proses pengeringan dalam bahan pangan terbagi menjadi dua,diantaranya adalah sebagai berikut :
1.      Pengeringan Alami (Sun Drying)
Sun drying adalah suatu proses untuk mengurangi atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan pangan dengan cara menguapkan air tersebut dengan menggunakan energi panas yang berasal langsung dari sinar matahari.
Penjemuran secara alami memiliki beberapa keuntungan, diantaranya adalah sebagai berikut :
-        Biaya ekonomis
-        Energi matahari berlimpah 
-        Praktis 
-        Jumlah bahan yang dijemur tanpa batas
Sedangkan kerugian penjemuran secara alami diantaranya adalah sebagai berikut :
-        Jumlah panas sinar matahari yang tidak tetap sepanjang hari
-      Tidak tepat waktu atau kurang efisien, karena kenaikan suhu tidak dapat diatur sehingga waktu penjemuran sukar untuk ditentukan dengan tepat.
-   Kebersihan kurang terjaga karena penjemuran dilakukan ditempat terbuka yang langsung berhubungan dengan sinar matahari, energi panas yang diterima oleh bahan selama penjemuran merupakan kombinasi panas yang berasal dari radiasi langsung sinar matahari dan konvensi dengan pertolongan udara disekitarnya.
-        Tergantung musim.
-        Mutu pengeringan kurang terjaga,
-        Dapat terjadi case hardening, karena suhu yang berlebihan.
2.      Pengeringan Buatan (Aartificial Drying)
Aartificial drying adalah suatu metode untuk mengurangi atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan menggunakan energi panas yang berasal dari alat pengeringan. Keuntungan pengeringan secara alami ;
-        Kebersihan lebih terjaga
-        Lebih efisien karna suhu dan aliran udara dapat diatur sehingga waktu pengeringan dapat               ditentukan dengan tepat.
-        Tidak tergantung musim.
-        Suhu panas stabil.
Kerugian pengeringan buatan yaitu ;
-        Biaya mahal.
-        Memerlukan tempat khusus
-        Kapasitas pengeringan terbatas

C.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pengeringan

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengeringan yang berhubungan dengan udara pengering, diantaranya adalah :
1.      Luas Permukaan
Makin luas permukaan bahan makin cepat bahan menjadi kering. Air menguap melalui permukaan bahan, sedangkan air yang ada di bagian tengah akan merembes ke bagian permukaan dan kemudian menguap. Untuk mempercepat pengeringan umumnya bahan pangan yang akan dikeringkan dipotong-potong atau di iris-iris terlebih dulu. Hal ini terjadi karena:
-        Pemotongan atau pengirisan tersebut akan memperluas permukaan bahan dan permukaan yang luas dapat berhubungan dengan medium pemanasan sehingga air mudah keluar.
-        Potongan-potongan kecil atau lapisan yang tipis mengurangi jarak dimana panas harus bergerak sampai ke pusat bahan pangan. Potongan kecil juga akan mengurangi jarak melalui massa air dari pusat bahan yang harus keluar ke permukaan bahan dan kemudian keluar dari bahan tersebut.
2.      Perbedaan Suhu dan Udara Sekitarnya
Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan pangan makin cepat pemindahan panas ke dalam bahan dan makin cepat pula penghilangan air dari bahan. Air yang keluar dari bahan yang dikeringkan akan menjenuhkan udara sehingga kemampuannya untuk menyingkirkan air berkurang. Jadi dengan semakin tinggi suhu pengeringan maka proses pengeringan akan semakin cepat. Akan tetapi bila tidak sesuai dengan bahan yang dikeringkan, akibatnya akan terjadi suatu peristiwa yang disebut "Case Hardening", yaitu suatu keadaan dimana bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya masih basah.
3.      Kecepatan Aliran Udara
Makin tinggi kecepatan udara, makin banyak penghilangan uap air dari permukaan bahan sehinngga dapat mencegah terjadinya udara jenuh di permukaan bahan. Udara yang bergerak dan mempunyai gerakan yang tinggi selain dapat mengambil uap air juga akan menghilangkan uap air tersebut dari permukaan bahan pangan, sehingga akan mencegah terjadinya atmosfir jenuh yang akan memperlambat penghilangan air. Apabila aliran udara disekitar tempat pengeringan berjalan dengan baik, proses pengeringan akan semakin cepat, yaitu semakin mudah dan semakin cepat uap air terbawa dan teruapkan.
4.      Tekanan Udara
Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara untuk mengangkut air selama pengeringan, karena dengan semakin kecilnya tekanan berarti kerapatan udara makin berkurang sehingga uap air dapat lebih banyak tetampung dan disingkirkan dari bahan pangan. Sebaliknya jika tekanan udara semakin besar maka udara disekitar pengeringan akan lembab, sehingga kemampuan menampung uap air terbatas dan menghambat proses atau laju pengeringan.
5.      Kelembapan Udara
Makin lembab udara maka Makin lama kering sedangkan Makin kering udara maka makin cepat pengeringan. Karena udara kering dapat mengabsobsi dan menahan uap air Setiap bahan mempunyai keseimbangan kelembaban nisbi masing-masing. kelembaban pada suhu tertentu dimana bahan tidak akan kehilangan air (pindah) ke atmosfir atau tidak akan mengambil uap air dari atmosfir (Supriyono, 2003).
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengeringan yang berhubungan dengan sifat bahan diantaranya adalah :
1.      Ukuran bahan
2.      Kadar air awal
3.      Tekanan parsial dalam bahan

D.    Mekanisme Dan Metode Pengeringan

Beberapa bahan yang memiliki kadar air awal yang relatif tinggi, pengurangan kadar air awal secara linear dapat dihitung berdasarkan fungsinya berdasarkan waktu pada interval waktu tertentu, yang disebut dengan "periode laju pengeringan konstan". Biasanya pada periode ini, kadar air permukaan di luar partikel sedang berpindah dari bahan. Laju pengeringan pada periode ini bergantung pada laju pindah panas dari bahan. Jika pengeringan dilanjutkan, kemiringan kurva akan berubah menjadi lebih landai (laju pengeringan berkurang) dan tidak menjadi linear, hingga akhirnya kurva menjadi datar. Kadar air produk lalu berada pada kondisi konstan yang disebut dengan kadar air kesetimbangan. Selama periode berkurangnya laju pengeringan, migrasi air dari bagian dalam ke permukaan bahan terjadi secara difusi molekular di mana bagian yang lebih basah (bagian dalam) memindahkan air ke bagian yang lebih kering (bagian permukaan). Bahan yang dikeringkan umumnya akan mengalami perubahan bentuk dan ukuran yang signifikan, kecuali pada proses pengeringan beku. Keunggulan pengeringan beku, dibandingkan metoda lainnya, antara lain adalah (Melor, 1978) :
a.  Dapat mempertahankan stabilitas produk (menghindari perubahan aroma, warna, dan unsur organoleptik lain)
b.  Dapat mempertahankan stabilitas struktur bahan (pengkerutan dan perubahan bentuk setelah pengeringan sangat kecil).
c.    Dapat meningkatkan daya rehidrasi (hasil pengeringan sangat berongga dan lyophile sehingga daya rehidrasi sangat tinggi dan dapat kembali ke sifat fisiologis, organoleptik dan bentuk fisik yang hampir sama dengan sebelum pengeringan).
Keunggulan-keunggulan tersebut tentu saja dapat diperoleh jika prosedur dan proses pengeringan beku yang diterapkan tepat dan sesuai dengan karakteristik bahan yang dikeringkan. Kondisi operasional tertentu yang sesuai dengan suatu jenis produk tidak menjamin akan sesuai dengan produk jenis lain. Dalam hal ini, penelitian rinci mengenai karakteristik pengeringan beku berbagai jenis produk sangat diperlukan karena masih sangat terbatas, khususnya untuk produk-produk khas Indonesia. Pengeringan beku merupakan prosedur yang umum diterapkan pada kategori bahan, sebagai berikut:
a)      Bahan pangan dan bahan farmasi (obatan)
b)      Plasma darah, serum, larutan hormon,
c)      Organ untuk transplantasi
d)     Sel hidup, untuk mempertahankan daya hidupnya dalam jangka waktu yang lama.
Pengeringan beku bahan pangan masih jarang dilakukan, karena biaya pengeringan yang relatif mahal dibandingkan harga bahan pangan tersebut. Salah satu penyebabnya adalah tingginya resistensi terhadap perpindahan panas selama periode akhir pengeringan yang menyebabkan lambatnya laju pengeringan dan, sebagai konsekuensinya, meningkatnya biaya operasi. Akan tetapi, disamping pembuatan kopi instan dengan pengeringan beku, yang sejak lama telah dilakukan secara komersil, akhir-akhir ini produk hasil pengeringan beku semakin marak di pasar internasional, seperti udang kering beku dan durian kering beku.
Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan laju pengeringan tersebut, diantaranya dengan menerapkan sistem pemanasan volumetrik menggunakan energi gelombang elektromagnetik (gelombang mikro dan frekuensi radio), dan mengatur siklus tekanan dan pemanasan selama pengeringan untuk meningkatkan konduktivitas panas dan permeabilitas uap air bagian kering bahan (Tambunan, 1999; Araki et al, 1998). Terlepas dari berbagai usaha tersebut, optimalisasi proses pengeringan beku harus dimulai dari pemahaman mendalam mengenai mekanisme pengeringan beku tersebut. Tulisan ini akan membahas tentang mekanisme pengeringan beku beberapa bahan pangan atau produk pertanian.

E.     Pengaruh Pengeringan Terhadap Sifat Bahan Pangan

Pengaruh pengeringan terhadap bahan makanan yang dikeringkan mempunyai nilai gizi yang lebih rendah dibandingkan dengan bahan segarnya selama pengeringan juga dapat terjadi perubahan warna, tekstur, aroma, dan lain-lain, biasanya untuk mengurangi hal tersebut dilakukan perlakuan pendahuluan terhadap bahan yang akan dikeringkan.
Bahan yang telah dikeringkan mengandung senyawa-senyawa seperti protein, karbohidrat, lemak dan mineral dalam konsentrasi yang lebih tinggi, akan tetapi lain halnya untuk vitamin-vitamin dan zat warna pada umumnya akan menjadi rusak atau berkurang. Perubahan warna seperti menjadi coklat, perubahan warna tersebut terjadi karena reaksi-reaksi browning, non enzimatik yang paling sering terjadi reaksi antara asam organic dengan gula pereduksi, reaksi antara asam-asam amino dengan gula pereduksi, reaksi ini dapat menurunkan nilai gizi protein yang terkandung didalamnya.
Ada satu hal yang perlu diperhatikan dalam pengeringan yaitu penggunaan panas, jika pengeringan dilakukan dengan suhu yang terlalu tinggi maka bahan akan menyebabkan case hardening yaitu dimana keadaan bahan dibagian luar sudah kering tapi dibagian dalam masih basah, hal ini terjadi karena pengunaan suhu yang terlalu tinggi sehingga permukaan bahan menjadi cepat kering dan mengeras, sehingga akan menghambat pengeringan/penguapan dibagian tengah bahan karena terhalang oleh bagian luar bahan yang sudah keras, case hardening juga bias terjadi karena adanya perubahan-perubahan kimia tertentu misalnya terjadi pengumpalan protein dipermukaan bahan karena panas atau terbentuknya dekstrin dari pati yang jika dikeringkan akan menjadi bahan yang masif (keras), pada bahan case hardening dibagian dalam bahan mikroba masih dapat tumbuh dan berkembang biak sehingga bahan dapat menjadi busuk, untuk mencegah case hardening adalah dengan mengunakan suhu yang tidak terlalu panas atau mengunakan tahapan-tahapan dalam pengunaan suhu panas, misalnya memberikan pemanasan awal dengan suhu rendah.

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

-        Pengeringan adalah suatu proses menghilangkan air yang memerlukan energi panas untuk menguapkan air  sampai batas tertentu agar mikroba tidak dapat tumbuh kembali pada pangan.
-        Macam-macam pengeringan diantaranya yaitu sun drying (pengeringan alami) dan aartificial drying (pengeringan buatan).
-        Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan adalah luas permukaan, perbedaan suhu dan udara sekitarnya, kecepatan aliran udara, tekanan udara serta kelembapan udara.
-        Pengeringan yang jika dilakukan dengan suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan case hardening yaitu dimana keadaan bahan dibagian luar sudah kering tapi dibagian dalam masih basah.


Tambunan, Armansyah.H, dan Lamhot P.Manulu. Mekanisme Pengerigan Beku Produk Pertanian, Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol.2, No.3, (Juni 2000), hal. 66-74 Humas-BPPT/ANY.
Winarno,F.G ,Srikandi fardiaz, dan Dedi Fardia(1980). Pengantar Teknologi Pertanian. PT. Gramedia. Jakarta Pusat.